Monday, October 22, 2018

Titi Qadarsih Meninggal, Isi Suara Film Salah Satu Keahliannya

TEMPO.CO, Jakarta -  Aktris dan model senior Titi Qadarsih dikabarkan meninggal. Putri H.M. Sardjan, Menteri Pertanian di masa Presiden Soekarno ini dikenal sebagai sosok yang serba bisa. Ia piawai berjalan di atas catwalk, juga jago mendesain busana, punya kemampuan tari yang membuatnya bergabung dengan grup tarian bernama The Venues Girls. Tak berhenti di situ, Titi juga dikenal sebagai sosok bersuara merdu, sosoknya sempat muncul di antara pemain The Singers.

Titi pernah mengisi suara Christine Hakim dalam Cinta Pertama. "Mulanya saya tak tahu kalau suara saya bisa dimanfaatkan", tuturnya suatu pagi, berdasarkan arsip Majalah Tempo, 19 Mei 1975.

Masih dari arsip yang sama, Titi kala itu sempat bercerita soal terjunnya ia ke bidang pengisian suara. Menurut Titi semua itu karena saran Rima Melati. Saat itu sekitar 1971, Wim Umboh menemui kesulitan mengisi suara Paula Rumokoy dalam film Dan Bunga-Bunga Berguguran. Untuk peran itu Paula diharap tidak keterusan membawakan aksen Menadonya.

Rima lalu menganjurkan pada Wim agar memakai Titi saja, karena suaranya dianggap netral. Bagaimana Titi mulai? Tak lebih dari dua jam dia memperhatikan gambar bisu di studio. "Ternyata tak sulit" ujarnya - dan selanjutnya gambar Paula pun bersuara. Itu asal-usulnya sampai datang tawaran Sandy Suardi untuk film Rakit. Juga mengisi suara Paula.

Uang jasa yang diterima Titi saat itu masih Rp 5.000 sehari. Dan sampai di situ Titi belum seluruhnya menyadari apa yang dimilikinya ternyata modal penting buat sebuah film. Namun setelah menjalani beberapa film toh dia belum berani pasang tarif. Masa itu, teknik sinematografi mutakhir memungkinkan seorang pemain berlidah cedal dan punya kebolehan bermain di muka kamera. Sebab urusan suara bisa diganti orang lain. Bahkan menurut Titi, "kelemahan akting bisa dibantu dengan dialog yang kuat".

Rupanya kemampuan Titi ada batasnya juga. Suaranya ternyata cuma cocok buat peran remaja ke bawah. Mulai Christine Hakim sampai Yessi Gusman yang berusia 10 tahun kala itu. Untuk membawakan suara yang rada tua dia menyerah. Misalnya untuk peran ibu. Paling banter buat suara tante-tante itu pun mestinya tante yang merasa dirinya muda. Selain itu ada lagi yang tidak bisa diminta dari Titi: membawakan suara perempuan kampung.

Baca: Titi Qadarsih Meninggal, Artis Serba Bisa Generasi 1980-an

Boleh jadi lantaran konsep perempuan kampung itu diartikan si pembuat film sebagai kampungan alias tak terpelajar (suara cempreng, ditambah aksen tertentu). Ini dialaminya ketika hendak mengisi film Maria, Maria, Maria. Sebulan sebelumnya kontrak sudah ditandatangani, atas permintaan Hasmanan sehagai sutradara. Peranan yang dibawakan Tuti Kirana adalah gadis kampung. Datang harinya rekaman, telinga Hasmanan merasa tak berkenan menerima suara Titi. "Suara kau terlalu terpelajar", Titi Qadarsih mengutip Hasmanan. Mestinya kerja semacam ini menyenangkan, meski lelah juga. Untuk mengisi satu film dia harus ada di studio sejak pukul 10 pagi. Itu biasanya berlangsung sampai malam hari. 

*Sumber tulisan ini diambil dari arsip Majalah Tempo, edisi 19 Mei 1979 dari artikel berjudul Disewakan: suara Titi Qadarsih

Let's block ads! (Why?)

Baca Di sini https://seleb.tempo.co/read/1138724/titi-qadarsih-meninggal-isi-suara-film-salah-satu-keahliannya

No comments:

Post a Comment

Featured Post

5 Hari Berturut Merah, IHSG Hari Ini Siap ke Zona Hijau

5 Hari Berturut Merah, IHSG Hari Ini Siap ke Zona Hijau Jakarta, CNBC Indonesia - Sempat bergerak antara zona hijau dan merah, Indeks Harga...