H-1 Rilis Transaksi Berjalan, Bagaimana Nasib Pasar Keuangan?
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan dalam negeri mengalami hari baik kemarin.Di akhir sesi perdagangan hari Rabu (7/8/2019), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat 1,38% ke level 6.204,2, rupiah menguat 0,25% terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjadi Rp 14.225/US$, sementara imbal hasil (yield) obligasi pemerintah tenor acuan 10 tahun turun 15,6 basis poin ke posisi 7,51%.
Perlu diketahui bahwa pergerakan harga dan yield di pasar obligasi akan berbanding terbalik. Saat yield turun, maka menandakan harga sedang terangkat karena banyak peminat. Berlaku pula sebaliknya.
Ada kabar positif bagi bursa saham Benua Kuning terkait hubungan dagang AS dengan China. Ternyata harapan damai dagang masih ada.
Dalam wawancara dengan CNBC International, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow, mengatakan bahwa Presiden AS, Donald Trump, masih terbuka untuk menandatangani kesepakatan dagang dengan China.
"Beliau (Presiden Trump) ingin membuat kesepakatan dan melanjutkan negosiasi. Harus ada dua orang untuk menari tango," kata Kudlow.
Bahkan Kudlow mengungkapkan AS siap untuk mengkaji ulang kebijakan bea masuk jika dialog dagang dengan China membuahkan hasil yang memuaskan.
"Situasi bisa berubah mengenai kebijakan bea masuk. Bapak Presiden terbuka terhadap perubahan, jika pembicaraan dengan China positif," paparnya.
Sebagai latar belakang, Kamis (1/8/2019) pekan lalu Trump mengumumkan rencananya untuk mengenakan bea masuk sebesar 10% bagi produk impor asal China senilai US$ 300 miliar yang hingga kini belum terdampak perang dagang.
Kebijakan tersebut, ancam Trump, akan berlaku mulai 1 September 2019 dan masih mungkin untuk dinaikkan menjadi lebih dari 25%.
China pun membalas. Juru bicara untuk Kementerian Perdagangan China mengatakan pada Selasa (6/8/2019) bahwa perusahaan-perusahaan asal Negeri Panda telah berhenti membeli produk agrikultur asal AS sebagai respons dari rencana Trump untuk mengenakan bea masuk baru yang menyasar produk impor asal China senilai US$ 300 miliar.
Kini, harapan akan terciptanya damai dagang muncul kembali. Meskipun pelaku pasar yakin hal tersebut masih jauh, setidaknya ada sinyal ke arah sana.
Sementara itu dari dalam negeri, sentimen positif datang dari Bank Indonesia (BI).
Per akhir Juli 2019, BI mencatat posisi cadangan devisa adalah senilai US$ 125,9 miliar, naik US$ 2,1 miliar dari bulan sebelumnya (Juni 2019).
Dalam siaran pers tertulis, BI menyebut bahwa posisi cadangan devisa per akhir Juli 2019 tersebut setara dengan pembiayaan 7,3 bulan impor atau 7 bulan impor ditambah pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional yang sekitar 3 bulan impor.
Kenaikan cadangan devisa berarti BI memiliki amunisi yang semakin banyak untuk menstabilkan rupiah (intervensi) kala terjadi depresiasi yang signifikan. Hal tersebut membuat pelaku pasar kembali ke pelukan rupiah dan mengapresiasi nilai tukarnya.
Sejumlah sentimen tersebut membuat investor mulai berani masuk ke instrumen berisiko.
Namun sayang, investor asing masih membukukan jual bersih senilai Rp 138,61 miliar di pasar reguler.
BERLANJUT KE HALAMAN 2>>> (taa/taa)
No comments:
Post a Comment