Lima Bank Lolos dari Jeratan Kredit Duniatex, Kok Bisa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Saat ini ada 29 bank yang diketahui masih memiliki tanggungan di Grup Duniatex. Namun di sisi lain, sekurangnya ada lima bank yang justru selamat dari lingkaran kredit Duniatex.Lima bank tersebut bisa lolos karena kredit di perusahaan tekstil tersebut sudah tidak tercatat lagi pada 2018 dan sudah menyatakan bahwa kreditnya sudah dilunasi debitur.
Laporan keuangan konsolidasi Grup Duniatex 2018 menunjukkan catatan kredit tiga bank yaitu PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII), PT Bank Permata Tbk (BNLI), dan PT Bank Index Selindo sudah nol, dari periode sebelumnya yaitu tahun 2017.
Kredit bank Duniatex dari Maybank pada 2017 tercatat Rp 220 juta yang berbentuk pinjaman jangka pendek dan menjadi nol pada 2018.
Meskipun Maybank tidak lagi tercatat memberikan pinjaman ke Grup Duniatex per akhir 2018, seorang bankir mengatakan kabar seretnya keuangan Grup Duniatex yang justru berasal dari Maybank Indonesia.
"Berita Duniatex justru mulai ramai di pasar keuangan ketika kontrak forward valas Duniatex dianggap tidak settle [tidak dibayar] di Maybank Indonesia, sebelum ramai kabar missed payment kredit banknya," kata sumber CNBC Indonesia tersebut, Kamis (1/8/2019).
Kredit dari Bank Index ke Duniatex tercatat Rp 24 miliar pada 2017 dan hilang pada 2018, lalu kredit dari Bank Permata juga tidak ada lagi pada 2018 dibanding Rp 120 miliar pada 2017.
Hilangnya nilai kredit dari ketiga bank tersebut kemungkinan disebabkan pelunasan oleh Duniatex dan perusahaan di kelompok usaha tersebut.
Satu bank lain yaitu PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (BEKS), dalam keterbukaan informasi ke otoritas bursa saham, menyatakan pinjaman perseroan ke Duniatex sudah lunas.
Direktur Utama BPD Banten Fahmi Bagus Mahesa mengatakan perseroan telah memberikan fasilitas kredit modal kerja kepada salah satu perusahaan Duniatex yaitu PT Delta Merlin Dunia Tekstil (DMDT) pada Mei 2017. Pinjaman itu memiliki plafon kredit Rp 75 miliar untuk jangka waktu 1 tahun dan fasilitas itu diperpanjang hingga Mei 2019.
"Selama jangka waktu tersebut DMDT memiliki track record [rekam jejak] yang baik dalam hal pembayaran kewajiban, atau tidak pernah terjadi tunggakan dalam pembayaran kewajiban dan telah dinyatakan lunas oleh perseroan," ujar Fahmi dalam suratnya kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 25 Juli 2019.
DMDT yang didirikan pada 1998 memiliki lini bisnis penenunan (weaving) atau proses mengolah benang menjadi kain, menjadi satu dari enam perusahaan utama yang dikonsolidasikan di laporan keuangan Grup Duniatex.
Perusahaan yang dikonsolidasikan Grup Duniatex termasuk PT Delta Dunia Tekstil (DDT) dan PT Delta Merlin Sandang Tekstil (DMST) yang sama-sama didirikan pada 2006, berdasarkan profil perusahaan (company profile) Duniatex.
DDT dan DMST bersama dengan PT Delta Dunia Sandang Tekstil (DDST) yang didirikan pada 2010 sama-sama bergerak di bidang pemintalan (spinning) atau proses membuat benang dan serat dari kapas atau bahan lain seperti bahan sintetis.
Lini bisnis lain dari Duniatex adalah bisnis pewarnaan (dyeing) dan bisnis hilir produk akhir (finishing) yang dikelola oleh PT Damaitex Ltd yang diambilalih pada 1992 dan PT Dunia Setia Sandang Asli (DSSA).
Satu perusahaan yang disebut milik Duniatex tetapi tidak dikonsolidasikan di laporan keuangan kelompok usaha tersebut adalah PT Dunia Sandang Abadi yang didirikan pada 1998.
Duniatex sendiri didirikan dengan nama CV Duniatex sejak 1974 di Surakarta (Solo) dengan lini bisnis finishing tekstil. Dari seluruh perusahaan tersebut, artinya perusahaan belum memiliki lini bisnis garmen (garment) atau pembuatan pakaian yang merupakan produk akhir dari bisnis tekstil.
Satu bank lagi yang juga sudah tidak lagi memiliki eksposur ke Duniatex adalah PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (BPD Jateng). Dalam pemberitaan di beberapa media, dituliskan bahwa kredit perseroan sudah dilunasi Duniatex di awal tahun ini.
Sebelumnya, laporan keuangan konsolidasi Grup Duniatex menunjukkan BPD Jateng memiliki kredit senilai Rp 131 miliar per akhir 2018.
Ketika dikonfirmasi, Direktur Bisnis Ritel & Unit Usaha Syariah BPD Jateng Hanawijaya tidak merespons pesan singkat yang dikirimkan CNBC Indonesia pada Kamis sore ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas)
No comments:
Post a Comment