Menguat, Melemah, Menguat Lagi, Rupiah Maunya Apa Sih?
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kini menguat lagi di perdagangan pasar spot. Sentimen positif eksternal akhirnya mampu mengangkat rupiah dari zona merah. Pada Kamis (8/8/2019) pukul 11:05 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.200. Rupiah menguat 0,11% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,04%. Kemudian rupiah berbalik melemah dan bertahan di cukup lama di zona merah.Akan tetapi rupiah berhasil bangkit. Rupiah terus menipiskan depresiasi dan akhirnya berbalik menguat. Derasnya sentimen positif eksternal akhirnya 'termakan' oleh investor. Pertama, meski masih dibayangi perang dagang AS-China yang meluas ke perang mata uang, setidaknya ada harapan hubungan kedua negara bisa diperbaiki. Kemarin, Penasihat Ekonomi Gedung Putih Lawrence 'Larry' Kudlow menyatakan AS siap menerima delegasi China untuk dialog dagang di Washington pada awal September. Tidak hanya itu, AS juga mempertimbangkan untuk mengkaji ulang kebijakan bea masuk jika dialog membuahkan hasil positif. Gary Locke, mantan Duta Besar AS untuk China periode 2011-2014, menyatakan AS harus 'mengalah'. AS tidak bisa hanya mementingkan kepentingan sendiri selagi mengorbankan perekonomian global akibat friksi dagang dengan China. "The Federal Reserve (Bank Sentral AS) memperkirakan bea masuk terhadap produk-produk China akan menyebabkan konsumen di AS mengalami kenaikan harga barang dan jasa rata-rata US$ 1.000. Kenaikan harga seperti ini membuat AS sulit berkompetisi. Oleh karena itu, AS perlu menurunkan tensi ketegangan dan mencapai kesepakatan dengan China," tegas Locke, seperti diberitakan Reuters. Harapan damai dagang AS-China yang masih terjaga membuat pelaku pasar sedikit tenang. Meski risiko masih membentang, tetapi setidaknya ada harapan untuk perbaikan.
Kedua, data ekonomi China yang positif ikut mengangkat optimisme pasar. Pada Juli, ekspor China tumbuh 3,3% year-on-year (YoY). Jauh membaik dibandingkan bulan sebelumnya yang terkontraksi alias turun 1,3%. Angka 3,3% juga lebih baik dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu kontraksi 2%. Ekspor yang membaik menandakan ekonomi Negeri Tirai Bambu masih bergeliat. Meski tidak bisa menghindari perlambatan ekonomi, tetapi kemungkinan besar China tidak akan mengalami hard landing. Berbagai sentimen ini mampu mengangkat optimisme pasar. Hasilnya adalah arus modal mulai berani masuk ke instrumen berisiko di negara-negara berkembang Asia yang membuat mata uang Benua Kuning menguat. Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 11:15 WIB:
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
No comments:
Post a Comment