Semua Jadi Repot Gara-gara Trump!

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup dengan koreksi 0,14% ke level 6.381,5. Pergerakan IHSG seirama dengan bursa utama kawasan Asia yang cenderung tertekan, seperti: Hang Seng turun 0,76%, Shanghai Composite minus 0,81%, Nikkei 225 plus 0,09%, Kospi negatif 0,35%, dan Strait Times tergerus 0,27%.
Sementara rupiah juga tak luput dari koreksi atas dolar Amerika Serikat (AS). Kemarin rupiah di pasar spot akhirnya ditutup dengan pelemahan 0,7% ke level Rp 14.110/$AS.
Di pasar obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) sebagian besar mengalami kenaikan yield yang menandakan harga obligasi sedang dilepas para pelaku pasar. Ada empat seri yang biasanya menjadi acuan para pelaku pasar, yakni: FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri | Jatuh tempo | Yield 1 Agu'19 (%) | Selisih (basis poin) |
FR0077 | 5 tahun | 6,924 | 11 |
FR0078 | 10 tahun | 7,480 | 10,2 |
FR0068 | 15 tahun | 7,730 | 10 |
FR0079 | 20 tahun | 7,934 | 7,2 |
Avg movement | 9,6 |
Tekanan terhadap pasar keuangan dalam negeri tersebut tidak luput dari faktor global. Terutama pergerakan rupiah yang cukup tertekan dan berada pada posisi terlemah sejak 10 Juli akibat rapat komite pengambil kebijakan Bank Sentral AS (The Federal Reserves/The Fed), Federal open Market Committee/FOMC.
Jerome 'Jay' Powell selaku pemimpin rapat memang memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan ke level 2%-2,25% atau turun sebanyak 25 basis poin (bps), menjadikan penurunan pertama sejak akhir 2008 atau lebih dari satu dasawarsa. Namun keputusan tersebut disertai komentar yang membuat membuat investor sedikit panik.
"Saya perjelas. Ini bukan awal dari rangkaian panjang penurunan suku bunga," tegasnya, seperti dikutip dari Reuters.
Selepas pernyataan itu, Powell kemudian mengatakan hal yang agak berkebalikan. "Saya tidak bilang hanya akan ada sekali penurunan suku bunga," ujarnya.
Apa boleh buat, pelaku pasar terlanjur berpersepsi bahwa The Fed tidak terlampau kalem alias dovish. Sisa-sisa hawkish dari tahun lalu sepertinya masih ada dalam diri Powell.
Sentimen lainnya yakni dari pertemuan para pejabat AS yang bertandang ke China dianggap masih kurang "nendang" hasilnya sehingga dampaknya cenderung negatif ke pasar keuangan karena di sela-sela rapat dihujani sindiran-sindiran dari Presiden Trump yang menuduh China menunggu melanjutkan diskusi perang dagang hingga Pemilu yang akan digelar pada November 2020.
"Masalah dengan mereka menunggu ... adalah bahwa jika dan ketika saya menang, kesepakatan yang mereka dapatkan akan jauh lebih sulit daripada apa yang kita negosiasikan sekarang ... atau tidak ada kesepakatan sama sekali," kata Trump dalam sebuah postingannya di Twitter.
Next >>> (yam/yam)
No comments:
Post a Comment