Utang Melesat 162%, Ini Alasan Wika Beton Rajin Cari Pinjaman
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Wijaya Karya Beton Tbk. (WTON) menilai tingkat utang perusahaan masih dalam level aman meski selama 3 tahun terakhir kenaikannya sangat signifikan.Direktur Keuangan Wika Beton Imam Sudiyono mengatakan kenaikan utang ini seiring dengan ekspansi yang dilakukan perusahaan. Rasio keuangan juga dinilai belum mengkhawatirkan. Saat ini rasio utang terhadap ekuitas atau debt to equity ratio (DER) perusahaan dinilai masih aman di level 0,68 kali.
"Karena kan dulu waktu IPO [penawaran umum saham perdana] 2014 uang kami banyak makanya rasio bagus semua. Kemudian ekspansi kami butuh sumber dana lain setelah [dana] IPO abis 2017. Kami ekspansi mau enggak mau pinjaman, dengan pinjaman rasio keuangan kayak DER terjadi peningkatan," kata Imam usai paparan publik, di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (21/8/2019).
"...tapi semua masih dalam batas jauh dari batas kovenan bank," tegasnya.
Mengacu data riset Tim CNBC Indonesia, tahun lalu WTON menjadi salah satu anak usaha BUMN konstruksi yang cukup mencatatkan kenaikan signifikan atas utang. Utang WTON melesat 162% menjadi Rp 5,74 triliun dari tahun sebelumnya Rp 2,19 triliun. Utang ini berkaitan dengan kewajiban (liabilitas) jangka pendek dan panjang.
Mengacu laporan keuangan per Juni 2019, total kewajiban WTON mencapai Rp 5,69 triliun, turun tipis dari akhir Desember 2018 yakni Rp 5,74 triliun. Kewajiban ini terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp 5,54 triliun dan jangka panjang Rp 153,28 miliar.
Imam menjelaskan, kenaikan utang ini seiring dengan naiknya belanja modal (capital expenditure/capex) perusahaan. Sebagai gambaran, tahun lalu capex perusahaan senilai Rp 428 miliar, tahun ini naik signifikan menjadi Rp 779 miliar. Dana capex digunakan untuk keperluan investasi pembangunan pabrik dan lainnya.
Namun demikian, Imam menyebut serapan capex di tahun ini diperkirakan hanya mencapai Rp 400 miliar-Rp 500 miliar, mengingat serapan capex hingga memasuki kuartal III-2019 baru sebesar Rp 200 miliar.
Tahun ini perusahaan juga bakal melepaskan saham treasuri yang jumlahnya sebanyak 4,33% atau setara dengan 377 juta unit saham. Paling lambat pelepasan saham ini akan dilakukan jelang akhir tahun ini.
"Harganya tergantung kalau Rp 600/saham ya kali segitu, kalau Rp 550 per saham segitu juga. Habisnya [masa] tahun ini, Desember. [Dananya] itu buat capex kita, kan naik itu, tahun ini dan tahun depan," kata dia.
(tas)
No comments:
Post a Comment