Kuartal III-2019, Tower Bersama Catatkan Pendapatan Rp 3,47 T
Jakarta, CNBC Indonesia- PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) mencatatkan pendapatan sebesar Rp 347 triliun dan EBITDA Rp 2,96 triliun pada kuartal III-2019. Jika keduanya disetahunkan, maka pendapatan perusahaan sepanjang 2019, hingga kuartal III-2019 senilai Rp 4,77 triliun dan EBITDA Rp 4,1 triliun.CEO TBIG Hardi Wijaya Liong mengatakan saat ini perusahaan memiliki 27.789 penyewaan dan 15.485 site telekomunikasi. Adapun site telekomunikasi milik Perseroan terdiri dari 15.396 menara telekomunikasi dan 89 jaringan Distributed Antenna System (DAS).
Dengan angka total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 27.700, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) Perseroan menjadi 1,80.
"TBIG mencapai pertumbuhan penyewaan organik tercepat yang pernah ada. Kami menambahkan 1.342 penyewaan kotor yang terdiri dari 196 site telekomunikasi dan 1.146 kolokasi," kata Hardi dalam siaran resminya, Rabu (13/11/2019).
Langkah ini membuat penambahan organik kotor perusahaan sebanyak 2.578 penyewaan sepanjang kuartal III-2019. Hardi mengharapkan nantinya bisa melebihi target tahun ini yakni 3.000 penyewaan.
Hardi mengatakan pelanggan telekomunikasi TBIG tetap terus melakukan densifikasi jaringannya diseluruh negeri, hal ini menyebabkan peningkatan yang cukup tajam untuk order kolokasi. Dengan pertumbuhan yang kuat di kolokasi, rasio kolokasi meningkat ke 1,80 dari 1,69 pada akhir 2018.
Per 30 September 2019, total pinjaman Perseroan, jika pinjaman dalam mata uang dollar Amerika Serikat (AS) yang telah dilindungi nilai diukur dengan menggunakan kurs lindung nilainya, adalah sebesar Rp 21,12 triliun dan total pinjaman senior (gross senior debt) sebesar Rp 13,19 triliun.
Dengan saldo kas yang mencapai Rp 333 miliar, maka total pinjaman bersih (net debt) menjadi Rp 20,79 triliun, dan total pinjaman senior bersih (net senior debt) perusahaan menjadi Rp 12,85 triliun.
"Kami memiliki rekam jejak yang terbukti berhasil mengakses berbagai sumber pendanaan. Pada awal Juli, kami membayar lebih cepat sepenuhnya pinjaman berjangka kami dan menggantinya dengan Fasilitas Revolving (RCF) baru sebesar US$ 375 juta dengan jangka waktu 5,5 tahun bullet dan penurunan biaya bunga sebesar 25 bps," katanya.
Hal ini telah memperpanjang jangka waktu rata-rata struktur utang perusahaan dengan tingkat bunga yang kompetitif.
"Kami terus mematuhi strategi konservatif untuk melindung nilai seluruh utang kami dengan lindung nilai yang sesuai dengan jatuh tempo utang dan semua lindung nilai kami tetap efektif," kata CFO TBIG Helmy Yusman Santoso.
Sebelumnya pemegang saham menyetujui pemecahan nilai nominal saham (stock split) pada RUPSLb dengan rasio 1:5, yang merubah nominal saham dari Rp 100 per saham menjadi Rp 20 per saham. Jumlah saham beredar Perseroan akan berubah dari 4.531.399.889 saham menjadi 22.656.999.445 saham.
Perseroan telah menerima persetujuan dari Bursa Efek Indonesia, dan hari pertama perdagangan saham dengan nilai nominal baru Rp 20 per saham pada tanggal 14 November 2019.
(dob/dob)
No comments:
Post a Comment